Pengamat politik dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi mengatakan, tahun depan hampir tidak ada celah bagi terciptanya situasi politik yang kondusif. Imbas politiksanderayangditerapkan Presiden SBY sejak 2009 diprediksi akan terus mewarnai perpolitikan dan dunia hukum di Tanah Air hingga 2014.
“Imbas politik hukum 2009 hingga 2014. Tetap akan ada tarik-menarik kepentingan elite, dan dari tahun ke tahun akan terus meningkat karena dibumbui pertarungan kepentingan politik,”kata Burhanuddin saat diskusi “Meneropong Kondisi Politik Hukum 2012” di Kantor Indonesia Political Institute (IPI), Jakarta, kemarin. Pembicara lain dalam diskusi ini adalah Wakil Sekjen DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Wahyuni Refi dan Ketua DPP Partai Golkar yang juga Wakil Ketua Komisi III DPR Azis Syamsuddin.
Menurut Burhanuddin, ada beberapa faktor yang membuat kondisi politik hukum bakal semakin tegang. Pertama, kegagalan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam mendisiplinkan koalisi pendukung pemerintah. Karakternya yang tidak tegas menyebabkan semua partai koalisi bermanuver sesuai kepentingan politiknya. “Pak SBY memang punya kekuatan enam parpol di koalisi. Tetapi secara riil hanya Partai Demokrat, PKB, PPP, dan PAN. Dua anggota koalisi lain yakni Partai Golkar dan PKS tetap tidak bisa dikendalikan,” ungkapnya. Kedua,dari sisi hukum,Presiden SBY tidak memosisikan diri sebagai panglima untuk pemberantasan korupsi.
Dinamika hukum yang terkesan saling sandera tetap dibiarkan, bahkan SBY terkesan lari dari tanggung jawabnya sebagai kepala negara. “Kita bisa melihat secara nyata bahwa Pak SBY tersandera kasus Bank Century, lalu Golkar dengan kasus Lapindo, PDIP dengan kasus BLBI,serta PAN dengan kasus hibah kereta dan mafia anggaran Wa Ode Nurhayati.Semua partai punya kelemahan, tapi juga memegang kartu truf,”ungkapnya. Kondisi itu, lanjut dia,akan semakin dipanaskan perebutan kepentingan dalam segala kebijakan dan pemilihan pospos strategis yang hampir semuanya melibatkan elite parpol.
Sekarang ini semua posisi ditentukan oleh kekuatan politik sehingga sangat sulit untuk mengharapkan penegakan hukum secara tuntas. Dalam situasi seperti ini, yang masih bisa diharapkan adalah dorongan dari civil society. Hal itu penting untuk menjaga kualitas keputusankeputusan politik yang semuanya melibatkan parpol. Sementara itu, Wasekjen DPP PAN Wahyuni Refi mengatakan, memang susah untuk mencari alasan bahwa ke depan politik hukum akan kondusif. Tetapi kalau dicermati, politik dan hukum seharusnya menjadi hal yang terpisah.
“Tetapi kenyataannya memang sekarang ini bias karena sering ada keterkaitan antara politik dan hukum.Sering juga ada intervensi. Akhirnya hukum tidak untuk mendatangkan keadilan,”ungkapnya. Menurut dia, munculnya kegaduhan politik dan hukum bisa disimpulkan karena tidak ada supremasi hukum.Kenapa supremasi hukum susah ditegakkan? “Karena ada keterlibatan elite politik. Jadi benar bahwa yang terjadi saling menyandera,” ungkap Wahyuni.
Ketua DPP Partai Golkar Azis Syamsuddin mengatakan, kondisi hukum ke depan bisa dikaitkan dengan siapa yang ada di pos hukum.Dalam hal ini, siapa yang ada di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), siapa yang menjadi Kapolri dan Jaksa Agung, serta siapa yang memimpin Mahkamah Agung menjadi sangat menentukan. Namun, itu pun masih bergantung political willPresiden. Mengacu pada kasus-kasus besar itu, kata Azis, sangat mungkin yang akan menjadi tersangka bertambah banyak jika hukum benar-benar ditegakkan.
Dengan begitu, kegaduhan politik dan hukum juga dipastikan akan semakin memanas.“ Itu kasus kan sudah ke mana-mana. Lalu bagaimana ke depan? Semua bergantung aparat hukum,”ungkapnya. Di tempat terpisah, Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta Nurkholis menyatakan, sepanjang 2011 ini negara justru seringkali memberi contoh pembangkangan terhadap putusan pengadilan. Laporan Hukum dan HAM 2011 LBH Jakarta mencatat setidaknya tiga kasus yang menunjukkan ada pembangkangan negara terhadap putusan- putusan hukum.
“Sepanjang tahun ini ada state disobedience, yaitu kasus GKI Yasmin, susu berbakteri, dan putusan tentang ujian nasional,”ujarnya. Koordinator KontraS Haris Azhar mengatakan,pelanggaran HAM sering terlihat untuk melindungi kepentingan bisnis seperti kasus sengketa lahan di Mesuji, Lampung dan Sumatera Selatan.
| |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar